PENGUJIAN
BHP SECARA MIKROBIOLOGIS
Menurut
UU RI No.7 tahun 1996, yang dimaksud pangan adalah segala sesuatu yang berasal
dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau minuman. Mengingat
definisi pangan mempunyai cakupan yang luas, maka upaya untuk mencegah pangan
dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia, dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia (UU RI
tahun 1996), merupakan suatu keharusan.
Sebagai
salah satu pelaksanaan kegiatan rutin pengawasan paska pemasaran (post
marketing control) obat dan makanan dan dalam rangka menjamin mutu dan keamanan
pangan yang beredar di Indonesia, Laboratorium PPOMN (Pusat Pengujian Obat dan
Makanan Nasional) Badan POM dan Balai Besar POM atau Balai POM telah melaksanakan pengujian mikrobiologi pangan secara
rutin.
PENYAKIT
AKIBAT PANGAN
Selain
harus bergizi dan menarik, pangan juga harus bebas dari bahan-bahan berbahaya
yang dapat berupa cemaran kimia, mikroba dan bahan lainnya. Mikroba dapat
mencemari pangan melalui air, debu, udara, tanah, alat-alat pengolah (selama
proses produksi atau juga sekresi dari
usus manusia atau hewan. Penyakit akibat pangan (food borne diseases) yang
terjadi segera setelah mengkonsumsi pangan, umumnya disebut dengan keracunan.
Pangan dapat menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen
yang kemudian dapat tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga
mampu memproduksi toksin yang dapat membahayakan manusia. Selain itu, ada juga
makanan yang secara alami sudah bersifat racun seperti beberapa jamur/tumbuhan
dan hewan. Umumnya bakteri yang terkait dengan keracunan makanan diantaranya
adalah Salmonella, Shigella, Campylobacter, Listeria monocytogenes, Yersinia
enterocolityca, Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens, Clostridium
botulinum, Bacillus cereus, Vibrio cholerae.
Vibrio parahaemolyticus, E.coli
enteropatogenik dan Enterobacter
sakazaki.
Keracunan
pangan oleh bakteri dapat berupa intoksifikasi atau infeksi. Intoksifikasi
disebabkan oleh adanya toksin bakteri yang terbentuk didalam makanan pada saat
bakteri bermultiplikasi, sedangkan keracunan pangan berupa infeksi, disebabkan
oleh masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi dan
tubuh memberikan reaksi terhadap bakteri tersebut. Ada dua jenis intoksifikasi makanan
yang disebabkan oleh bakteri yaitu
botulism, karena adanya toksin dalam makanan yang dihasilkan oleh
Clostridium botulinum dan intoksifikasi
lain yaitu stafilokokkal , yang disebabkan
oleh enterotoksin dari Staphylococcus aureus. Sedangkan keracunan pangan oleh
bakteri yang merupakan infeksi, dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama
berasal dari makanan yang berfungsi sebagai pembawa bakteri, misalnya disentri
demam tifoid, kolera, brusellosis dan lain-lain. Kelompok kedua berasal dari makanan
yang berfungsi sebagai media pertumbuhan bakteri, sehingga bakteri dapat berkembang
biak, diantaranya bakteri Salmonella, Clostridium perfringens, Bacillus cereus, dan Escherichia coli
enteropatogenik. Untuk mengetahui bahwa pangan sudah tercemar, dapat dilihat
secara fisik dari tekstur makanan tersebut. Namun banyak makanan terutama yang sudah
melewati suatu proses pengolahan, tetap mempunyai tekstur yang masih baik
tetapi mengandung suatu cemaran seperti bakteri patogen, yang disebabkan oleh
penanganan yang tidak memadai.
MIKROBA
PENYEBAB KERUSAKAN & KERACUNAN MAKANAN
Jenis
mikroba yang terdapat dalam makanan meliputi bakteri, kapang / jamur dan ragi
serta virus yang dapat menyebabkan perubahan-perubahan yang tidak diinginkan
seperti penampilan, tekstur, rasa dan bau dari makanan. Pengelompokan mikroba
dapat berdasarkan atas aktifitas mikroba (proteolitik, lipofilik, dsb) ataupun
atas pertumbuhannya (psikrofilik, mesofilik, halofilik, dsb) Banyak faktor yang
mempengaruhi jumlah serta jenis mikroba yang terdapat dalam makanan,
diantaranya adalah sifat makanan itu sendiri (pH, kelembaban, nilai gizi),
keadaan lingkungan dari mana makanan tersebut diperoleh, serta kondisi pengolahan
ataupun penyimpanan. Jumlah mikroba yang terlalu tinggi dapat mengubah karakter
organoleptik, mengakibatkan perubahan nutrisi / nilai gizi atau bahkan merusak
makanan tersebut. Bahkan bila terdapat mikroba patogen, besar kemungkinan akan
berbahaya bagi yang mengkonsumsinya. Dalam pengujian cemaran mikroba digunakan
mikroba indikator, karena selain mudah dideteksi juga dapat memberikan gambaran
tentang kondisi higienis dari produk yang diuji. Bersamaan dengan mikroba indikator
dilakukan juga pengujian terhadap bakteri patogen. Mikroba indikator adalah golongan
atau spesies bakteri yang kehadirannya dalam makanan dalam jumlah diatas batas
(limit) tertentu, merupakan pertanda bahwa makanan telah terpapar dengan
kondisi-kondisi yang memungkinkan berkembang biaknya mikroba patogen. Mikroba indicator
digunakan untuk menilai keamanan dan mutu mikrobiologi makanan. Jumlah bakteri
aerob mesofil, bakteri anaerob mesofildanbakteri psikrofil dapat merupakan
indikator bagi status / mutu mikrobiologi makanan. Jumlah yang tinggi dari
bakteri-bakteri tersebut seringkali sebagai petunjuk bahan baku yang tercemar,
sanitasi yang tidak memadai, kondisi (waktu dan atau suhu) yang tidak
terkontrol selama proses produksi atau selama penyimpanan ataupun kombinasi
dari berbagai kondisi tersebut. Bakteri aerob mesofil dianggap sebagai mikroba
indikator, meskipun sebenarnya kurang akurat dibandingkan dengan indikator
lainnya. Bakteri anaerob mesofil merupakan indikator dari kondisi yang dapat
menyebabkan adanya pertumbuhan mikroba anaerob penyebab keracunan makanan
seperti C. perfringens dan C.botulinum. Golongan bakteri coliform, Coliform
fekal, Escherichia coli dan Enterobacter sakazakii merupakan bakteri
bentuk batang, bersifat aerob dan anaerob fakultatif. Golongan coliform mempunyai
spesies dengan habitat dalam saluran pencernaan dan non-saluran pencernaan
seperti tanah dan air. Yang termasuk golongan coliform adalah Escherichia coli , dan spesies dari Citrobacter,
Enterobacter, Klebsielladan Serratia. Bakteri selain dari E.colidapat hidup dalam tanah atau air lebih
lama daripada E.coli, karena itu adanya
bakteri coliform dalam makanan tidak selalu menunjukkan telah terjadi kontaminasi
yang berasal dari feses. Keberadaannya lebih merupakan indikasi dari kondisi prosessing
atau sanitasi yang tidak memadai dan keberadannya dalam jumlah tinggi dalam makanan
olahan menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan dari Salmonella,
Shigella dan Staphylococcus. Escherichia
coli dan Coliform fekal, biasanya E.coli, merupakan indikator dari kontaminan
dengan sumber / bahan fekal. Habitat alami dari E.coli adalah saluran pencernaan
bawah hewan dan manusia. Sedangkan Coliform fekal merupakan metode pemeriksaan
untuk menunjukkan adanya E.coliatau spesies yang sangat dekat dengan E.coli secara
cepat tanpa harus mengisolasi biakan dan melakukan test IMVIC. Sebagian besar
terdiri dari E.colitipe I dan tipe II yang merupakan petunjuk penting dari
kontaminan asal dari bahan fekal. E.coli dan coliform, yang termasuk golongan
Enterobacteriaceae adalah Salmonella, Shigella dan Enterobacter sakazaki selain golongan Enterococci yaitu Streptococcus faecalis dan S.faeciummerupakan
flora normal dari saluran pencernaan manusia dan hewan. Golongan ini tidak
banyak digunakan sebagai indikator kontaminasi fekal tetapi lebih dikaitkan dengan
sanitasi produksi yang buruk oleh karena daya tahan yang tinggi dari mikroba
terhadap kekeringan, suhu tinggi dan pendinginan serta pengaruh detergen atau
disinfektan. Dengan sifat yang tahan terhadap pendinginan maka bakteri ini
dapat digunakan sebagai indikator untuk makanan beku dan makanan yang sudah dipanaskan.
Staphylococci terutama Staphylococcus aureus keberadaannya dalam makanan bisa
bersumber dari kulit, mulut atau rongga hidung pengolah pangan. Bila ditemukan
dalam jumlah tinggi merupakan indikator dari kondisi sanitasi yang tidak
memadai. Mikroba pathogen meliputi bakteri, jamur/kapang dan ragi/yeast,
bakteri pathogen termasuk jenis penyebab toksi-infeksi makanan diantaranya
Salmonella, Shigella, Brucella. Umumnya ada beberapa jenis golongan bakteri
terpenting yang dapat menyebabkan kerusakan makanan dan keracunan yaitu
Acetobacter, Achromobacter, Alcaligenes, Bacillus, Bacteroides, Clostridium, Corynebacterium,
Enterococci, Enterobacter, Erwinia, Escherichia, Flavobacterium, Kurthia,
Lactobacillus, Leuconostoc, Micrococcus, Paracolobactrum, Proteus, Pseudomonas,
Salmonella, Sarcina, Serratia, Shigella, Staphylococcus dan Streptomyces.
METODOLOGI
Dalam
rangka pengawasan mutu secara mikrobiologis, dilakukan pengujian laboratorium
untuk mengisolasi dan mengidentifikasi cemaran bakteri patogen yang mungkin ada
dan untuk beberapa jenis mikroba dapat pula dilakukan penghitungan jumlah koloni
yang disebut juga dengan enumerasi. Sampel Jumlah sampel yang diuji harus cukup
representatif, mewakili lot yang akan diperiksa. Kadang-kadang pengambilan sampel
untuk pengujian bakteri pathogen harus lebih ketat dimana menurut ICMSF (The
International Commission on Microbiological Specification for Foods) dan Harrigan, replikasi uji (n) dilakukan
sesuai dengan jumlah yang representatif, tergantung pada jenis mikroba dan
produk (mis: untuk identifikasi
Salmonella dalam dried milk, absent in 25 g, n=10, c=0 dan S.aureus( per gram) m=10, M=100, n=5, c=2). Sampel
makanan yang diterima harus segera diuji begitu tiba di laboratorium. Sampel
yang didinginkan dan mudah rusak harus dianalisa paling lambat 36 jam sesudah
pengambilan sampel. Sampel beku harus disimpan dalam freezer sampai tiba waktunya untuk diuji, tetapi bila
sampel diterima dalam keadaan dingin, jangan disimpan didalam freezer .
Beberapa bakteri seperti vibrio banyak yang akan mati pada suhu sangat rendah (pembekuan).
Untuk sampel yang tidak mudah rusak seperti makanan kaleng , dapat disimpan pada
suhu ruang. Namun demikian, sampel tidak boleh disimpan terlalu lama karena ada
mikroba yang dapat mati selama penyimpanan. Sampel yang akan dikirim ke laboratorium
harus diupayakan tidak tercemar dengan bahan atau mikroba lain terhadap sampel.
Selama dalam pengiriman ke laboratorium maka sifat sampel harus dijamin tidak mengalami
perubahan sejak sampel diambil, dikemas dan dikirim ke laboratorium. Bila
sampel berada dalam keadaan beku, harus terlebih dahulu dilelehkan dan
pelelehan sedapat mungkin dilemari pendingin atau pada suhu kurang dari 450
C selama paling lama 15 menit. Bila menggunakan suhu tinggi sebaiknya sampel
diaduk secara teratur. Untuk sampel beku yang mudah meleleh seperti es krim,
maka dapat diuji tanpa dilelehkan terlebih dahulu. Untuk sampel padat seperti
daging mentah, harus terlebih dahulu dicincang sebelum dihomogenkan. Bila hanya
ada satu sampel ditujukan untuk berbagai pengujian, maka sampel untuk uji
mikrobiologi dicuplik terlebih dahulu sebelum pengujian lainnya dilakukan.
Khusus
untuk pengujian C.botulinumdilarang untuk mencicipi ketika akan membuat pemerian
sampel, maka pada catatan data sampel tidak dicantumkan pemerian dari rasa. Metode
Pengujian sampel makanan akan selalu mengacu kepada persyaratan makanan yang Badan
POM INFOPOM sudah ditetapkan. Parameter
uji mikrobiologi pada makanan yang dipersyaratkan secara umum terdiri dari : *Uji
Angka Lempeng Total, *Uji Angka Kapang khamir, *Uji Angka Bakteri termofilik, *Uji
Angka Bakteri pembentuk spora, *Uji Angka bakteri an-aerob, *Uji Angka Staphylococcus aureus, *Uji Angka Clostridium perfringens, *Uji Angka Enterococcus, *Uji AngkaBacillus cereus, *Uji
Angka Enterobacteriaceae, *Uji MPN Coliform, *Uji MPN Fekal Coliform, *Uji MPN
Escherichia coli, *Uji Angka Escherichia coli, *Identifikasi Escherichia coli,
*Identifikasi Staphylococcus aureus, *Identifikasi Salmonella, *IdentifikasiShigella,
*Identifikasi Bacillus cereus, *Identifikasi Streptococcus faecalis, *Identifikasi
Vibrio cholera, *Identifikasi Vibrio parahaemolyticus, *Identifikasi
Clostridium perfringens, *Identifikasi Listeria monocytogenes, *Identifikasi
Campylobacter jejuni.
Ada
beberapa parameter yang tidak termasuk dalam persyaratan diatas, seperti identifikasi Pseudomonas aeruginosadalam air minum tetapi
sering juga menjadi syarat tambahan yang diinginkan oleh produsen air minum
untuk diuji. Begitu pula pengujian khusus Clostridium botulinum untuk makanan
kaleng. Pengujian mikrobiologi untuk makanan tidak dilakukan untuk semua
parameter uji diatas tetapi akan mengacu
pada persyaratan dari tiap produk tersebut misalnya persyaratan
Nugget
ayam ( SNI 01-6683-2002) meliputi :
1.
Angka Lempeng Total
2.
MPN Coliform
3.
MPN E.coli
4.
Identifikasi Salmonella
5.
Angka Staphylococcus aureus
Metode
yang digunakan untuk pengujian mikrobiologi sangat ditentukan oleh persyaratan
yang diacu, umumnya pengujian dilakukan secara kualitatif dengan metode
pengkayaan (enrichment) yaitu isolasi dan identifikasi mikroba dan interpretasi
hasil (negatif per gram/ml atau negatif per 25 gram atau per 100 gram/ml).
Pengujian secara kuantitatif (enumerasi) dengan penghitungan jumlah mikroba dan
interpretasi hasil berupa koloni per ml/g atau koloni per 100 ml. Identifikasi
mikroba pathogen dapat dilakukan dengan cara konvensional maupun dengan
pengujian cepat (rapid test). Metode kuantitatif (Enumerasi)Metode kuantitatif
digunakan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada pada suatu sampel, umumnya
dikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT) dan Angka Paling Mungkin atau Most Probable Number (MPN). Uji Angka Lempeng
Total (ALT) dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil menggunakan
media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan
dihitung, interpretasi hasil berupa angka dalam koloni(cfu) per ml/g atau
koloni/100ml. Cara yang digunakan antara lain dengan cara tuang, cara tetes dan
cara sebar. Angka Paling Mungkin (MPN) menggunakan media cair dengan tiga
replikasi dan hasil akhir berupa kekeruhan atau perubahan warna dan atau pembentukan
gas yang juga dapat diamati secara visual, dan interpretasi hasil dengan
merujuk kepada Tabel MPN. Dikenal 2 cara yaitu metode 3 tabung dan metode 5
tabung. Metode kuantitatif dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
a.
Homogenisasi sampel,
Sebagai
tahap pendahuluan dalam pengujian yang berguna untuk membebaskan sel bakteri
yang mungkin terlindung partikel sampel dan untuk memperoleh distribusi bakteri
sebaik mungkin. Homogenisasi dapat dilakukan menggunakan alat seperti stainless
steel blender atau stomaker . Sedang sampel
bentuk cair tidak perlu menggunakan alat, cukup langsung dicampur dengan pengencer
dan dikocok sampai homogen.
b.
Tahap pengenceran.
Menggunakan
larutan pengencer yang berfungsi untuk menggiatkan kembali sel-sel bakteri yang
mungkin kehilangan vitalitasnya karena kondisi di dalam sampel yang kurang
menguntungkan. Pengenceraan suspensi sampel dilakukan untuk mendapatkan koloni
yang tumbuh secara terpisah dan dapat dihitung dengan mudah, hal ini akan
sangat membantu terutama untuk sampel dengan cemaran yang sangat tinggi.
Umumnya pengencer yang digunakan adalah peptone water0,1%, buffer fosfat atau
larutan ringers (4 kali kuat), dan peptone 0,1% plus NaCL 0,85% (ISO 6887:1983)
c.
Tahap pencampuran dengan
Media
(padat/ cair), media padat yang digunakan umumnya adalah Plate Count Agar(PCA)
atau Nutrient Agar(NA) sedangkan untuk inokulasi
suspense homogenat sampel ke dalam media , tergantung dengan metode yang telah
dipilih dan kesesuaian dengan sifat sampel dan mikroba yang mungkin ada dalam
sampel. Pada keadaan tertentu, media perlu ditambah dengan bahan lain seperti glukosa
untuk Enterococcus, atau serum untuk Mycoplasma
dan egg yolk. Untuk bakteri
tertentu misalnya yang tidak tahan panas terutama untuk pencampuran dengan
media dengan suhu kira-kira 450 C, dilakukan dengan metode sebar
atau tetes dan suhu inkubasi rendah (misal. bakteri Psychrotroph dan Psychrophiles).
d.
Tahap inkubasi dan pengamatan.
Inkubasi
dilakukan pada suhu dan lama yang sesuai dan kondisi dibuat sedemikian rupa disesuaikan
dengan sifat mikroba (kondisi aerob atau anaerob) : *0 -100 C untuk
bakteri Psikrotrof dan Psikrofil, *20-320 C untuk bakteri Saprophtic
mesophiles, *35-370 C (atau 450 C) untuk bakteri parasit mesofil,
*55-630 C atau lebih tinggi untuk bakteri Termofilik, *30-320 C
(ISO 4833:1991).
e.
Interpretasi hasil.
Metode
Kualitatif (Pengkayaan). Pada metode kualitatif dilakukan perbanyakan (
enrichment pengkayaan) terlebih dahulu dari sel mikroba yang umumnya dalam
jumlah yang sangat sedikit dan bahkan kadang-kadang dalam kondisi lemah. Ada
beberapa tahap yang dilakukan yaitu tahap pengkayaan (enrichment), tahap
isolasi pada media selektif, tahap identifikasi dengan reaksi biokimia, dan dilanjutkan
dengan analisa antigenik atau serologi atau immunologi dan bila diperlukan dapat
juga dilakukan identifikasi DNA bakteri dengan metode PCR (Polymerase Chain
Reaction) Tahap pengkayaan. Umumnya digunakan media cair yang berguna untuk member
kesempatan supaya bakteri dapat tumbuh pada media pengkaya, karena bakteri lain
juga dapat tumbuh, maka dapat ditambahkan inhibitor untuk mencegah atau menghambat
pertumbuhan bakteri lain dan dilanjutkan dengan menumbuhkan kembali bakteri
dalam media selektif atau differensial. Pada keadaan tertentu dimana bakteri
sangat lemah perlu dilakukan terlebih dahulu tahap pra-pengkayaan (pre-enrichment)
misalnya pada uji Salmonella ataupun Enterobacter sakazaki, dimana media ini
mengandung cukup gizi yang non selektif. Tahap ini dimaksudkan untuk “menyembuhkan/
menguatkan” sel bakteri yang sangat lemah atau sakit disebabkan oleh proses pengolahan
makanan. Umumnya pada tahap pra-pengkayaan digunakan media Lactose Broth atau Buffered Pepton Water, walaupun kadang-kadang
media ini belum tentu sesuai untuk semua jenis sampel.
Pada
makanan kering seperti yeast dan susu bubuk, sampel hanya memerlukan
rekonstitusi dalam air suling yang mengandung
Brilliant Green. Sedangkan untuk sampel yang sangat berlemak seperti
hasil olahan jeroan maka ke dalam media pra-pengkaya ditambahkan Tergitol 7
sehingga memudahkan dispersi lemak pada media. Tahap isolasi Setiap koloni atau
galur mikroba yang akan diidentifikasi harus benar benar murni dan untuk mendapatkan
biakan murni digunakan media selektif yang memungkinkan untuk isolasi koloni
mikroba tersangka berdasarkan pada karakter biokimia dari mikroba yang akan mempengaruhi
sifat pertumbuhan bakteri pada suatu media spesifik. Identitas mikroba dapat
dilihat dari pembentukan koloni yang spesifik pada media. Saat ini,
perkembangan metode pengujian cepat (rapid test ) dengan menggunakan media selektif
sudah makin berkembang dimana pada media sudah ditambahkan suatu indikator/ bahan
kimia tertentu yang dapat menandai adanya hasil reaksi enzimatis sehingga
terbetuk warna atau fluoresensi sehingga media tersebut lebih spesifik lagi (misalnya
media kromokult dan fluorokult). Contohnya media fluorogenik untuk deteksi E.coli dan kromogenik untuk deteksi E.sakazakiiyang
sangat spesifik. Hal ini berdasarkan pada enzi yang berasal dari bakteri
tersebut misalnya E.coli
(-D-galaktosidase) dengan penambahan fluorogenic substrat 4-methylumbellliferyl--D-glucoronide
akan suatu ikatan kompleks yang akan menghasilkan fluoresensi bila dilihat dibawah cahaya ultraviolet dan E.sakazakii
(-D-glukosidase) dengan substrat 5-Bromo-4-choloro-3-indolyl--D- glucopyranoside)
akan menghasilkan koloni dengan warna hijau torquise. Beberapa media selektif
yang digunakan untuk pengujian mikroba dan koloni spesifik dapat dilihat pada Tabel
1.
Pewarnaan
Gram
Selain
isolasi dan identifikasi dilakukan juga pewarnaan Gram langsung terhadap
koloni, baik Gram positif maupun Gram negatif.
Table
1. MEDIA SELEKTIF UNTUK PENGUJIAN MIKROBA & KOLONI SPESIFIK
MIKROBA
|
MEDIA SELEKTIF
|
PENGAMATAN KOLONI
|
Escherichia
coli
|
EMB
agar
ENDO
agar
|
Koloni
warna kehijauan dengan bintik hitam ditengah koloni dan kilap logam. Koloni
warna merah dengan kilap logam
|
Salmonella sp
|
XLD
agar
BGA
|
Koloni
translucent dengan bintik hitam ditengahnya, dan dikelilingi zona transparan
berwarna kemerahan. Koloni dari tidak berwarna, merah muda hingga merah, dari
translusen hingga keruh (opaque) dengan lingkaran merah muda hingga merah.
|
Shigella sp
|
Mac
Conkey agar
|
Koloni
warna merah muda terang, translusent, dengan atau tanpa pinggir koloni
bergerigi atau kasar.
|
Campylobacter
|
mCCDA
|
Koloni
basah, berwarna abu - abu
|
Staphylococcus
aureus
|
BP
agar
MSA
|
Koloni
warna hitam mengkilat, dikelilingi daerah keruh (opaque). Koloni cembung,
warna kuning & warna media berubah menjadi jernih.
|
Bacillus
cereus
|
MYP
agar
|
Koloni
merah muda dikelilingi daerah keruh.
|
Clostridium
perfinges
|
TSC
agar
|
Koloni
berwarna hitam dengan daerah keruh berukuran 2-4 mm di sekeliling koloni
|
Vibrio
cholerae
|
TCBS
agar
|
Koloni
besar (2–3 mm), halus, kuning, datar (agak pipih), bagian tengah keruh dan
disekelilingnya translucens
|
Vibrio
parahaemolyticus
|
TCBS
agar + NaCl 3%
|
Koloni
bulat berdiameter 2- 3 mm dengan pusat warna
|
Listeria monocytogenes
|
ALOA
agar
PALCAM
agar
|
Koloni
biru hijau , dikelilingi halo (lingkaran) keruh. Koloni berwarna abu-abu
hijau dikelilingi halo (lingkaran)
|
Enterococcus
faecalis
|
Enterococci
agar
|
koloni
kecil berwarna hijau kebiruan
|
Enterobacter
sakazakii
|
Chromocult
E.sakazakii
|
Koloni
warna hijau toska, atau biru-hijau
|
Tahap konfirmasi
Dilakukan
dengan berbagai metode diantaranya :
a. 3 Konfirmasi dengan reaksi biokimia
menggunakan media tertentu, karena setiap bakteri mempunyai karakter biokimia spesifik.
Prinsip dasarnya adalah enzim yang diproduksi mikroba akan mengdegradasi misalnya.
karbohidrat,lipid, Kasein, dalam hal ini hasil metabolit dapat dilihat secara visual
dengan adanya tambahan suatu indicator. Saat ini uji biokimia sudah banyak
dibuat secara komersil dalam bentuk miniatur berupa kit dan hasil uji dapat
dilihat secara visual dan interpretasi secara manual atau dapat menggunakan suatu
program (komputer) dan alat yang yang sesuai seperti .ELISA reader
b. 3 Konfirmasi analisa antigenik menggunakan
antisera atau immunologi berdasarkan adanya reaksi antigen dengan antibodi
(misalnya. Enzyme Linked Immunosorbent Assay /ELISA ) Karena antibody hanya
bereaksi dengan antigen yang sesuai, maka sifat ini juga digunakan untuk pengembangan
teknik diagnostik. Hasil pengujian dapat diketahui/ dilihat secara visual
seperti adanya aglutinasi atau presipitasi ata terbentruknya warna yang dapat
dilihat secara visual atau menggunakan alat ELISA READER atau terbentuknya
fluoresen yang dapat dilihat menggunakan bantuan mikroskop fluoressein.
c. 3 Tahap selanjutnya merupakan identifikasi
lebih sempurna yaitu typing secara bakteriofag atau identifikasi
menggunakan analis dengan DNA probe ataupun
metode PCR (Polymerase Chain Reaction).
d. 3 DNAprobe (Tehnik Pelacak Asam
Nukleat) yang merupakan tehnik hibridisasi DNA bakteri
dengan potongan DNA spesifik yang telah dilabel sehingga adanya daerah homolog
dapat dideteksi dengan visualisasi radioaktif, fluorimeter dan kolorimeter.
Tehnik ini sering digunakan untuk mendeteksi adanya gen patogen pada bakteri
dengan menggunakan pelacak potongan DNA spesifik (misalnya pengkodeoksin
spesifik).
e. 3 Metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Teknik penggandaan DNA ini dapat membantu dalam
identifikasi bakteri maupun virus yang mencemari makanan. PCR adalah suatu
teknik yang sangat menolong, setelah dilakukan prosedur yang cukup rumit untuk mendapatkan
urutan DNA yang cukup. Teknik PCR inilah yang memungkinkan proses analisis DNA
menjadi lebih cepat dibandingkan dengan melakukan tes DNA dengan cara
konvensional. Dengan PCR, urutan DNA dapat digandakan (amplifikasi) hanya dalam
waktu beberapa jam sampai kuantitasnya cukup untuk sebuah proses analisis,
hasil penggandaan dapat divisualisasikan menggunakan elektroforese dan Gel Documentation. Sekarang hasil amplifikasi
dapat juga divisualisasikan menggunakan suatu alat khusus (Bio Analizer) dimana
tidak perlu digunakan lagi elektroferese dan Gel Documentation Visualisasi berupa
kurva dan pita/band (peak). Metode PCR merupakan metode yang sangat sensitif
dan spesifik dalam identifikasi bakteri karena menggunakan target gen spesifik
bakteri.
KESIMPULAN
Definisi
pangan mempunyai cakupan yang luas, oleh karena itu harus dilakukan upaya untuk
mencegah pangan dari kemungkinan tercemar baik dari cemaran biologis, kimia dan
benda lain yang dapat mengganggu , merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Laboratorium Mikrobiologi PPOMN Badan POM dan Balai / Balai Besar POM telah melaksanakan
penggujian mikrobiologi pangan sebagai salah satu pelaksanaan kegiatan rutin
pengawasan paska pemasaran ( post marketing control) obat dan makanan dalam rangka
menjamin mutu dan keamanan pangan yang beredar di Indonesia. Pengujian sampel
makanan mengacu kepada persyaratan makanan yang telah ditetapkan dan metode
yang digunakan sesuai dengan persyaratan yang diacu. Umumnya pengujian dilakukan
secara kuantitatif dan kualitatif. Identifikasi mikroba dilakukan dengan cara
konvensional dan pengujian cara cepat. Disamping menggunakan reaksi biokimia,
bila diperlukan konfirmasi dapat dilakukan sampai deteksi DNA bakteri.
Anonim.
2008. Info POM Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. www.pom.go.id.
Diakses
tanggal 22 Januari 2014 jam 17.57 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar